BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Al-Quran
al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai cirri dan sifat. Salah satu di
antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya di jamin oleh
Allah SWT dan ia adalh kitab yang slalu dipelihara.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Terjemahannya
: sesungguhnya Kami menurunkan al-Qur’an dan Kamilah Pemeliharan-pemeliharanya.[1]
Demikianlah Allah menjamin keotentikan al-Qur’an, jaminan
yang diberikan atas dasar Kemahahkasaan dan Kemahatuhanan-Nya, serta berkat
upaya-upaya yang dilakukan oleh makhluk-makhluk-Nya, terutama manusia.[2]
Al-Qur’anul
karim juga sebagai kitab suci kaum muslimin memiliki beberapa fungsi antara
lain sebagai “Hudan atau petunjuk” sebagaimana dalam al-Qur’an surah al-Baqarah
ayat 2:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى
لِلْمُتَّقِين
Terjemahannya:
Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa.[3]
Untuk
memperoleh petunjuk tersebut diperlukan adanya pengkajian terhadap al-Qur’an
itu sendiri, sehingga kaum muslimin benar-benar bisa mengambil manfaat yang
sebesar-besarnya terhadap kandungan al-Qur’an tersebut, yang kompleks membahas
permasalahan-permasalahan yang sudah terjadi, sedang terjadi, maupun yang belum
terjadi. Semua hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Maupun keberadaan
alam ini sudah termaktub dalam al-Qur’an. Termasuk permasalahan mulai dari asal
kejadian manusia, sampai pada aktivitas yang dilakukan manusia dalam hal ini
tentang Perencanaan, hal tersebut sudah tertulis di dalam al-Qur’an.
Yang harus disadari adalah bahwa pemahaman manusia
terhadap al-Qur’an, bagaimanapun sepenuhnya bersandar pada kapasitas akal, dan
apapun yang bersandar pada akal tersebut tidak pernah menjadi hal yang mutlak,
jadi sepenuhnya persoalan akal dan kualitasnya dalam memahami al-Qur’an dan
seberapa jauh kemampuan akal untuk kajian dan interprestasi secara tepat dalam
konteks tertentu. Untuk itulah dalam pembahasan ini penulis mencoba
mensinergiskan dan mengungkap secara langsung bahwa perencanaan sesungguhnya dapat kita kaji dan kita
interpretasikan dengan al-Qur’an jika akal kita mau berpikir.
Perencanaan
merupakan kegiatan awal dalam sebuah pekerjaan, dalam bentuk memikirkan hal-hal
yang terkait dengan pekerjaan dimaksud, agar mendapatkan hasil yang optimal.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan
masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa yang
dimaksud dengan perencanaan?
2.
Bagaimana
kandungan ayat-ayat al-qur’an terkait pembahasan masalah perencanaan?
3.
Bagaimana manfaat perencanaan dalam kehidupan sehari-hari?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perencanaan Dan Ruang Lingkupnya
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Perencanaan
berasal kata rencana yang artinya cerita; rancangan; konsep; laporan
pemberitaan, sedangkan perencanaan itu sendiri berarti proses; cara; perbuatan
merencana; penyusunan rencana (kosep, cerita, uraian).[4]
Banyak cara yang dapat kita gunakan untuk
mendefenisikan perencanaan itu sendiri diantaranya:[5]
·
Latar
belakang pendidikannya.
·
Latar
belakang sosialnya.
·
Latar
belakang pengalamannya.
·
Filsafat
hidup orang yang bersangkutan.
·
Paradigma
yang digunakan.
·
Pra
anggapan yang dijadikan acuan acara konseptual.
·
Pendekatan
kognitif yang digunakan dalam aksestuansi tertentu.
·
Bentuk,
sifat dan jenis factor-faktor lingkungan yang diperhitungkan.
·
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Adapun pengertian perencanaan itu sendiri banyak di
ungkap oleh pakar atau ahli diantaranya:
·
Kaufman (1972) sebagaimana dikutip Harjanto, Perencanaan adalah suatu
proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan
bernilai.
·
Bintoro Tjokroaminoto mendefinisikan perencanaan
sebagai proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
·
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan
dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.[6]
·
Pramuji Atmosudirdjo mendefinisikan perencanaan adalah perhitungan dan
penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan
tertentu, siapa yang melakukan, bilamana, dimana, dan bagaiman melakukannya.
·
SP. Siagiaan mengartikan perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran
dan penentuan secara matang menyangkut hal-hal yang akan dikerjakan di masa
datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
·
Y.Dior berpendapat perencanaan adalah suatu proses penyiapan seperangkat
keputusan untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang , dalam rangka
mencapai sasaran tertentu.
·
Perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan
mengenai apa yang diharapkan terjadi dan apa yang akan dilakukan.[7]
·
Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat
berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna
memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.[8]
·
Perencanaan merupakan usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan
dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.[9]
Ketika dikaitkan
dengan sistem pendidikan dalam suatu organisasi kependidikan, maka perencanaan
pendidikan menurut ST Vembriarto (1988 : 39) dapat didefiniskan sebagai
penggunaan analisa yang bersifat rasional dan sistematis terhadap proses
pengembangan pendidikan yang bertujuan untuk menjadikan pendidikan menjadi
lebih efektif dan efisien dalam menanggapi kebutuhan dan tujuan murid-murid
serta masyarakat.[10]
Planning[11]
atau perencanaan adalah keseluruhan proses dan penentuan secara matang
tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa akan datang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan.[12]
Berbagai pendapat
diatas menyiratkan bahwa perencanaan merupakan proses yang berisi
kegiatan-kegiatan berupa pemikiran, perhitungan, pemilihan, penentuan dan sebagainya. Semuan itu dilakukan
dalam rangka tercapainya tujuan tertentu. Pada hakekatnya perencanaan merupakan
proses pengambilan keputusan atas sejumlah alternative (pilihan) mengenai
sasaran dan cara-cara yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang guna
mencapai tujuan yang dikehendaki serta pemantauan dan penilaiannya atas hasil
pelaksanaannya, yang dilakukan secara sistematis dan dan berkesinambungan.
Dalam dunia ilmu manajemen modern, istilah
perencanaan sudah sangat tidak asing dan dianggap sebagai salah satu pilar
penting manajemen yang lima yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing),
implementasi atau pelaksanaan (actuating),
koordinasi (coordinating) dan pengawasan
(controlling).
Dalam ilmu manajemen modern, istilah perencanaan
(planning) sudah sangat tidak
asing dan dianggap sebagai salah satu pilar yang memiliki fungsi vital.
Melalui perencanaan sebuah program memiliki landasan yang efektif bagi
tercapainya tujuan serta efektivitas pendayagunaan sumber-sumber daya yang ada.
Perencanaan juga menjadi garis-garis batas untuk mengontrol terjadinya deviasi
atau penyimpangan.
Perencanaan (planning)
oleh Mondy dan Premeaux dalam bukunya Management:
Concepts, Practices and Skills didefinisikan sebagai “proses
menentukan apa yang seharusnya dicapai dan bagaimana mewujudkannya dalam
kenyataan.”[13]
Dari definisi ini maka perencanaan dalam
dakwah dapat dimaknai dengan upaya-upaya yang dilakukan dalam menentukan tujuan
dan target sebuah aktifitas dakwah melalui pengumpulan data-data dan
menganalisisnya untuk kemudian merumuskan metode dan tata cara untuk
merealisasikannya dengan seoptimal mungkin. Dalam kaitan ini sebuah perencanaan
dakwah hendaknya memenuhi tiga unsur utama sebuah perencanaan yaitu:
ü pengumpulan data
ü analisis fakta
Dalam perencanaan terlebih yang harus diperhatikan yaitu apa yang harus
dilakukan dan siapa yang akan melakukannya. Jadi, perencanaan disini berarti
memilih sekumpulan kegiatan dan keputusan selanjutnya apa yang harus dilakukan,
kapan, bagimana, dan oleh siapa.
Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan
kondisi diwaktu yang akan datang, terhadap mana perencanaan dan kegiatan yang akan diputuskan
akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana di buat. Keperluan
merencanakan ini terletak pada kenyataan bahwa manusia dapat mengubah masa depan menurut
kehendaknya. Manusia tidak boleh menyerah pada keadaan dan masa depan yang
menentu tetapi menciptakan masa depan itu.
Masa depan adalah akibat dari keadaan masa lampau,
keadaan sekarang dan disertai dengan usaha-usaha yang akan kita laksanakan.
Dengan demikian landasan dasar perencanaan adalah kemampuan manusia untuk
secara sadar memilih alternative masa depan yang dikehendakinya dan kemudian
mengarahkan daya upayanya untuk mewujudkan masa depan yang dipilihnya dalam hal
ini manajemen yang akan diterapkan seperti apa. Sehingga dengan dasar itulah
maka suatu rencana itu akan terealisasikan dengan baik.[15]
Setelah mengamati pendapat beberapa ahli atau
pakar maka dengan demikian perencanaan mengandung beberapa unsur yaitu:
·
Tujuan
yang ingin dicapai
·
Kegiatan
yang akan dilaksanakan
·
Orang
yang akan melaksanakannya
·
Perangkat
yang di butuhkan
·
Orang
yang akan mengawasi pelaksanaannya.
B. Kandungan Ayat-Ayat
Al-Quran yang Terkait
1. Dalam surah al-Hasyr ayat 18
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ
نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُون
Terjemahannya : Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang
telah diperbuatnya untuk hari esok ; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ma
qaddamat ligad yang artinya memperhatikan apa yang telah
dilakukan untuk hari esok pada firman Allah tersebut dapat kita tafsirkan dan
kita buktikan bahwa Alquran telah memperkenalkan teori perencanaan baik
berkaitan dengan perencanaan dalam kehidupan di dunia maupun untuk kehidupan di
akhirat. Dalam tafsir Ibnu Katsir menjelas kan bahwa intropeksilah diri kalian
sebelum kalian diintropeksi dan lihatlahlah amalan apa yang telah kalian simpan
untuk bekal hari kiamat.[16]
Imam Al-Ghozali kemudian menafsirkan ayat diatas sebagai berikut; bahwa manusia
diperintahkan untuk memperbaiki dirinya, untuk meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT, dimana proses kehidupan manusia tidak boleh sama
dengan kehidupan yang sebelumnya (kemarin), disamping itu kata perhatikanlah
menurut Iman Al-Ghazali mengandung makna bahwa manusia harus memperhatikan
dari setiap perbuatan yang dia kerjakan, serta harus mempersiapkan diri
(merencanakan) untuk selalu berbuat yang terbaik demi hari esok.
Prof. Dr. Quraish Shihab dalamnya tafsir “al-Misbah” nya, menafsirkan bahwa ayat tersebut
berbicara mengenai perencanaan. Beliau mengatakan bahwa kata “waltandzur’
nafsumma koddamat lighod”, mempunyai arti bahwa manusia harus memikirkan
terhadap dirinya dan merencanakan dari segala apa yang menyertai perbuatan selama
hidupnya, sehingga ia akan memperoleh kenikmatan dalam kehidupan ini. Dalam
sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
حاسب
نفسه في الدنيا قبل أن يحاسب يوم القيامة[17]
Artinya: Orang yang cerdas adalah orang yang mampu menghitung-hitung amal
perbuatannya dan mempersiapkan amalan untuk hari esok” (HR. at-Turmudzi).
Perintah untuk
memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok, dipahami oleh
Thabathabai yang dikutip dalam Tafsir al-Misbah sebagai perintah untuk evaluasi
terhadap amal-amal yang dilakukan. Ini seperti seorang tukang telah
menyelesaikan pekerjaannya. Ia dituntut untuk memperhatikannya kembali agar
menyempurnakan nnya bila telah baik, atau memperbaikinya bila masih ada
kekurangannya, sehingga jika tiba
saatnya diperiksa, tidak ada lagi kekurangan dan barang tersebut
terlihat sempurna.[18]
Dalam sudut
pandang Islam, perencanaan yang menyeluruh tidak hanya meliputi cara berfikir
strategis saja (dengan berbagai alat berfikir), tapi yang lebih penting adalah
menempatkan keyakinan/keimanan kepada Allah SWT sebagai satu-satunya yang Maha
Berkehendak, Maha Mengabulkan dan Maha Mengetahui yang terbaik bagi mahklukNya,
sementara manusia hanya bisa berencana sebagai salah satu bentuk ikhtiar,
tinggal lagi manusia cukup berserah diri berharap agar pencapaian dari sebuah
rencana adalah ridho-Nya semata.
Ayat al-Qur’an diatas
menekankan tentang prosepencapaian tujuan dari perencanaan yang tidak boleh
melihat hanya di satu waktu saja. Di ayat tersebut Allah menegaskan kepada
orang-orang beriman bahwa sebagai bentuk takwa kepadan-Nya, kita haruslah
memperhatikan segala perbutan yang dilakukan. Hal ini sejalan dengan prinsip
dasar Perencanaan dimana tujuan dalam pelaksanaan perencanaan adalah tujuan
jangka panjang dan berkelanjutan serta orientasi pelaksanaannya pun harus
memiliki pengaruh positif.
Perencanaan dalam fungsi mamagement amat penting.
Suatu kegiatan yang sukses biasanya merupakan indikasi dari perencanaan yang
matang. Bahkan dalam kegiatan-kegiatan tertentu kita perlu menyiapkan beberapa
lapis perencanaan agar ketiatan tersebut dapat mencapai sukses maksimal
sebagaimana yang kita kenal dengan istilah ; Plan A, Plan B dan Plan c, dan seterusnya.
2. Surah Shad ayat 27:
وَمَا خَلَقْنَا
السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ
كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ
Terjemahannya: Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa
yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan
orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan
masuk neraka.
Allah menjelaskan bahwa Dia
menjadikan langit, bumi, dan makhluk apa saja yang tidak sia-sia. Langit dengan
segala bintang yang menghiasi, matahari yang memancarkan sinarnya diwaktu siang
dan bulan yang menampakkan bentuknya yang berubah-rubah dari malam ke malam,
sangat bermanfaat bagi manusia. Semua itu diciptakan dengan penuh perencanaan
yang sangat besar bagi kelestarian makhluk ciptaan-Nya dan sebagai rahmat yang
tak ternilai harganya.
Dalam ayat diatas menjelaskan bahwa, Allah menjelaskan Ia menciptakan alam
semesta ini dengan bathil (sia-sia), akan tetapi didalamnya mengandung banyak
sekali hikmah.[19]
3. Surah al-Qashash ayat 77
وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ
فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِين
Artinya : Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.
Ayat tersebut mengunakan redaksi yang bersifat aktif ketika berbicara
tentang kebahagiaan akhirat, bahkan dengan menekanya untuk bersungguh dan
dengan sekuat tenaga berupaya meraihnya.[20] Ayat ini bisa kita
pahami secara konteks dan hal ini menandakan bahwa segala sesuatu yang
ingin kita capai harus di dasari dengan penuh perencanaan yang matang demi
mencapai apa yang kita inginkan.
Dan masih banyak lagi ayat-ayat al-qur’an yang
menjelaskan tentang Perencanaan itu sendiri.
C.
Manfaat dari Perencanaan
·
Karena perencanaan meliputi usaha untuk memetapkan
tujuan atau memformulasikan tujuan yang dipilih untuk dicapai, maka perencanaan
haruslah bisa membedakan point pertama yang akan dilaksanakan terlebih dahulu.
·
Dengan adanya perencanaan maka memungkinkan kita
mengetahui tujuan-tujuan yang kan kita capai.
·
Dapat memudahkan kegiatan untuk mengidentifikasikan
hambatan-hambatan yang akan mungkin timbul dalam usaha mencapai tujuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
penjelasan sebelumnya maka dapat dibuat beberapa poin sebagai kesimpulan yaitu:
·
Perencanaan merupakan usaha sadar dan
pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal
yang akan dikerjakan di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
·
Ada beberapa ayat – ayat al-Qur’an yang terkait masalah perencanaan dan
pesan intinya adalah “hendaknya setiap apa yang ingin diraih harus dengan
perencanaan yang matang agar apa yang ingin dicapai bisa diraih dengan
semaksimal mungkin”.
·
Manfaat dari perencanaan itu sendiri yaitu salah satunya dapat
mendeteksi adanya hambatan-hambatan yang dapat menggagalkan apa yang
diinginkan.
B.
Implikasi
Demikianlah makalah yang penulis dapat
sajikan sesuai dengan batas kemampuan
kami, dengan harapan mudah-mudahan apa yang peneliti sajikan ini dapat memberi
manfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca dan bagi diri pribadi penulis
khususnya sehingga kelak bisa menjadi bahan pembelajaran ketika menyusun
makalah yang serupa dikemudian hari.
Penulis pun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih terdapat banyak sekali kesalahan, kekurangan, dan kekeliruan bahkan
sangat jauh dari standar penulisan karya ilmiah sehingga penulis mengharapkan
ada fit back atau umpan balik
dari para pembaca berupa kritikan, saran, pemikiran, dan ide-ide yang sifatnya
membangun guna memperbaiki dan menyempurnakan tulisan dan pengetahuan peneliti.
Demikianlah semogah benilai ibadah disisi-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Agama,
RI Departemen,al-qur’an dan
Terjemahannya. Bandung : Sygma
Examedia Arkaleena, t.th.
Agama RI, Departemen Al-Quran dan Tafsirnya. Jakarta : DIPA Badan Litbang, 2007.
Bukha>ri, Dkk, Azas-azas Manajemen. Yogyakarta : Aditya Media, 2005.
Hamzah, Perencanaan Pembelajaran. Jakarta :
Bumi Aksara, 2006.
I>’sya
Abu> ‘>sya, Muhammad bin. Al-Ja<mi as-Shahih ath-Tirmidzi. Beirut ; Da>r Ihya> At-Tu>rats
al-‘Araby, t.th.
M. Echols,
Jhon dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris
Indonesia .
Ed; III, Jakarta : PT. Gramedia Utama, 1998.
Mubarakfuri,
Shafiyyurrahman. Shahih Tafsir Ibnu Katsir. Cet; IV, Jakarta: Pustaka
Ibnu Katsir, 2011.
Pusat Bahasa, Tim Penyusun Kamus. Kamus Besar Bahasa
Indonesia .Ed; III, Jakarta : Balai Pustaka, 2002.
P.
Siangian , Sondang. Fungsi-fungsi Manajerial . Cet; IV, Jakarta : PT.
Bumi Aksara, 2002.
Sa’ud ,
Udin Syaefuddin dan Abi Syamsuddin
Makmun. Perencanaan Pendidikan. Bandung: Rosdakarya, 2005.
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. Ciputat : Ciputat Press, 2005.
Shihab,
Quraish. Membumikan al-Qur’an .
Cet; XXVIII, Bandung: Mizan Pustaka, 2004.
Shihab, M.Quraish, Tafsir Al-Misbah. Jakarta:
Lentera Hati, 2002.
Usman,Husaini. Manajemen, teori, Praktek dan Riset Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara, 2006.
Vembriarto,ST. Pengantar Perencanaan
Pendidikan ( Educational Planning ). Jakarta: Andi Offset, 1988.
Widjaya,AW. Perencanaan sebagai Fungsi Manajemen. Jakarta : PT. Bina Aksara, Jakarta, 1987.
[1] Departemen
Agama RI,al-qur’an dan Terjemahannya (Bandung : Sygma Examedia Arkaleena, t.th) h.
262
[2]Dr. M.
Quraish Shihab, M.A, Membumikan al-Qur’an (Cet; XXVIII, Bandung: Mizan
Pustaka, 2004) h. 21
[3]Departemen
Agama RI,al-qur’an dan Terjemahannya ,h.2
[4]Tim
Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ed; III, Jakarta : Balai Pustaka, 2002 ) h.94
[5]Prof.
Dr. Sondang P. Siangian, MPA, Fungsi-fungsi Manajerial (Cet; IV, Jakarta
: PT. Bumi Aksara, 2002), h.49
[8] Udin
Syaefuddin Sa’ud dan Abi Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan, (
Bandung : Rosdakarya, 2005 ), h.3-4
[9] Husaini
Usman, Manajemen, teori, Praktek dan Riset Pendidikan, ( Jakarta : Bumi
Aksara, 2006), h. 49
[10] ST. Vembriarto, Pengantar
Perencanaan Pendidikan ( Educational
Planning ), (Jakarta: Andi Offset, 1988), h. 39
[11]Jhon M.
Echols dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia ( Ed; III,
Jakarta : PT. Gramedia Utama, 1998 ) h. 457
[12]AW.
Widjaya, Perencanaan sebagai Fungsi Manajemen, ( Jakarta : PT. Bina
Aksara, Jakarta, 1987). H. 33
[16]Syaikh Shafiyyurrahman
al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, (Cet; IV, Jakarta: Pustaka
Ibnu Katsir, 2011), h. 36
[17] Muhammad bin I>’sya
Abu> ‘>sya, Al-Ja<mi as-Shahih
ath-Tirmidzi, Juz IV (
Beirut ; Da>r Ihya> At-Tu>rats
al-‘Araby, t.th.), 638
[18] M.Quraish Shihab, Tafsir
Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h.130
[19]Departemen
Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, Jilid 8 ( Jakarta : DIPA Badan
Litbang, 2007) h.366
Tidak ada komentar:
Posting Komentar